Jenis – Jenis Kepemangkuan
Didalam
tata pelaksanaan ajaran agama hindu yang ada di bali, khususnya dalam bidang
pelaksanaan upacara (manggalaning yadnya) sesuai dengan tingkatan upacaranya
memiliki sebutan dan swadharma masing-masing serta memiliki kewajiban dengan
batasan-batasan tertentu dalam pelaksanaan upacaranya antara lain :
- Seorang Pendeta (Sulinggih)
- Seorang Pinandita ( Dharma Acarya)
- Seorang Pemangku
Menurut
keyakinan dan kepercayaan ajaran agama hindu di bali mengenal tingkatan sebagai
pemangku, untuk menjadi sorang pemangku, harus melalui penyucian diri berupa
pelaksanaan “Upacara Pawintenan”,yang
dilaksanaan oleh seorang sulinggih. Seorang pemangku seharusnya memahami dulu
secara benar tentang profesinya, dimana kata pemangku mengandung pengertian
menyangga atau sebagai undakan Ida Bethara di pure –pure , oleh karena itu
seorang pemangku harus selalu waspada akan kesucian diri dan selalu
meningkatkan kesucian dirinya.
Mengenai
kepemangkuan ada beberapa jenis pemangku sesuai dengan swadharmanya masing -
masing antara lain :
1. Pemangku
kusuma Dewa
Pemangku Kusuma Dewa adalah pemagku yang diberi tugas sebagai pemangku pura kahyangan tiga yaitu : pura kahyangan desa, kahyangan puseh dan kahyangan dalem. Pemangku ini selalu berpegang teguh dengan sastra agama kusuma dewa dalam pelaksanaan upacara agama yang mereka laksanakan di suatu pura
2. Pemangku Pamongan
Pemangku
Pamongan adalah pemangku dengan swadharmanya sebagai pembantu dari pemangku
kusuma dewa yaitu, mengatur tata pelaksanaan jalannya upacara di suatu pura dan
melayani uamat dalam konteks persembahyangan.
3. Pemangku Jan Banggul
Pemangku
ini juga memiliki swadharma sebagai pembantu pemangku kusuma dewa, terutama
dalam tugas menata upakara yang diaturkan oleh para umat, kemudian memercikan
tirhta aswapada bethara dan memberikan wija. Pemangku jan banggul juga memiliki
sebutan pemangku sadeg atau juru sunggi. Karena memiliki swadharma sebagai
petapakan dewa bethara berupa ciri kesurupan.
4. Pemangku Pinandita
Pemangku
Pinandita adalah pemangku yang telah lama dibimbing oleh seorang sulinggih dan
telah “Mapodgala”, merajah sastra di
raga serta telah mendapatkan restu dari seorang sulinggih untuk melaksanakan
yadnya (nganteb) sesuai dengan wewenangnya. Adanya pemangku pinandita biasanya
karena loka dresta yang diwarisi sejak dahulu, karena adanya purana atau karena
adanya sastra agama yang dijadikan pegangan dan diyakini oleh masyarakat
setempat.
5. Pemangku Sonteng
Pemangku
ini memiliki swadharma ngeloka phala sraya melayani umat dalam melaksanakan suatu
upacara dengan wewenang yang terbatas.
6. Pemangku Dukun
Adalah
pemangku yang melaksanakan swadharmanya sebagai balian, menjalankan pengobatan
secara tradisional kepada masyarakat lingkungannya.
7. Pemangku Dalang
Adalah
pemangku yang menjalankan swadharmanya sebagi dalang, melaksanakan dharmaning
pewayangan dan memohonkan pengelukatan “Sudha
Mala”, melalui lakon “Sapuh Leger”.
8. Pemangku Sutri ( Pemangku Lancuban)
Adalah
pemangku katakson, dapat membantu masyarakat untuk memohon petunjuk dari dunia
abstrak (metuun).
9. Pemangku Cungkub
Adalah
seorang pemangku yang melaksanakan swadharmanya pada pemerajan Gede, Panti,
Pura Dadya.
10. Pemangku Nilarta
Adalah
seorang pemangku yang melaksanakan swadharmanya di pura pura, pura kawitan,
pura pedharman.
11. Pemangku Tukang
Adalah
seorang pemangku yang melaksanakan swadharmanya sebagai undagi sangging dan
pande, masunsung penugrahan dan mengamalkan ajaran “Begawan Wiswa Karma”.
12. Pemangku
Sang Kulputih
Adalah
seorang pemangku yang melaksanakan swadharmanya sebagai pemangku yang memakai
gegelaran sang kulputih.
13. Pemangku Sang Kulpinge
Adalah
seorang yang melaksanakan swadharmanya sebagai pemangku memakai gegelaran sang
kulputih dan kusuma dewa sebagai pembantu pemangku sang kulputih.
14. Mangku Kortenu
Adalah
seorang pemangku yang melaksanakan swadharmanya hanya khusus untuk di pura
prajapati (pengulun setra).
0 komentar:
Posting Komentar